pancuran25

Mencintai ilmu pengetahuan

“Rukun Islam” Sebuah Tinjauan Kritis


ISLAM SEBAGAI PENATAAN HIDUP TERINDAH

Oleh: Sudarjat S.Pd.I

“…… pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. ……” (QS Al-Maidah;3)

Apa yang dimaksud agama?

Agama berasal dari bahasa sansekerta. Asal katanya adalah “A” yang berarti tidak dan “GAMA” yang berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau. Apa maksudnya? Sesuatu yang tidak kacau berarti tertata dengan baik. Yang dimaksud agama di sini adalah penataan kehidupan sehingga teratur dan tidak kacau.

Bagaimana konsep agama dalam islam? Di dalam islam, agama disebut dengan “DIIN”. Rosulullah bersabda: “Islam dibangun/dibina atas lima hal: syahadat, sholat, zakat, shoum dan haji”. Mari kita tela’ah kelima pondasi dinul islam ini.

Apa yang dimaksud SYAHADAT?

Syahadat dalam islam terkenal dengan sebutan SYAHADATAIN atau DUA KALIMAT SYAHADAT. Yakni bersaksi bahwa Tiada tuhan yang harus disembah, dipatuhi, diikuti selain Allah dengan ajaranNya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah rosulullah.

Pertanyaannya, untuk apa syahadatain dan kenapa yang dilakukan pertama kali oleh orang yang masuk islam adalah mengucapkan kedua kalimat syahadat? Sudahkah kita bergetar ketika kita mengucapkan kedua kalimat syahadat ini. Berbeda sekali perasaannya ketika kita disumpah/dibai’at untuk menjadi seorang pejabat. Apa ya.. yang salah? Jangan-jangan kita tidak memahami apa yang kita ucapkan. Kalimat “ASYHADU ALLAAILAAHA ILLALLAAH, WASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSULULLAH” yang kita ucapkan hanya berlalu tanpa makna dan tanpa memberi efek apa-apa buat kita. Coba kita pikirkan, apakah kita ini mabuk atau mengigau, karena hanya orang mabuk dan mengigau yang tidak sadar terhadap apa yang dia katakan. NAUDZUBILLAAHI MIN DZALIK.

Kalau kita lihat sejarah, mari kita renungkan! Kenapa Bilal bin Rabah Radiyallaahu anhu yang seorang budak belian kulit hitam, manusia terhina dan miskin di masa itu. Mampu mengorbankan nyawa dan rela disiksa cambuk dan ditelentangkan diatas pasir panas di bawah terik matahari ditambah diatas dadanya ditindih dengan batu, hanya untuk mempertahankan satu kata “AHAD”. Setelah beliau mengucapkan sumpah syahadatain di hadapan rosulullah. Sudahkah syahadatain kita berfungsi seperti itu?

Syahadatain yang dimaksud oleh islam adalah pembai’atan/pengambilan sumpah dari seseorang untuk tunduk patuh pada aturan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, satu-satunya BOS yang akan kita patuhi dan ikuti keinginan dan perintahnya. Dan bersumpah bahwa Muhammad adalah rosulullah/utusan Allah/pembukti ajaran Allah yang bertugas menyampaikan dan membuktikan ajaran Allah yang terdapat di dalam Al-quran sebagai pedoman hidup manusia.

Coba renungkan pengertian dari dua kalimat syahadat berikut:

Aku bersaksi (ingin membuktikan/yakin)[1] bahwa tiada Tuhan (Pembina kehidupan/BOS) yang wajib dipatuhi keinginan dan perintahnya kecuali ALLAH dan aku bersaksi (ingin membuktikan/yakin) bahwa Muhammad adalah rosul/Utusan(contoh/suri tauladan)[2] dari ajaran Allah.

Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, seharusnya kita sudah menjual/menggadaikan seluruh hidup dan mati kita hanya untuk membuktikan bahwa hanya ada satu ILAH/TUHAN/PEMBINA HIDUP/PENGATUR HIDUP yakni Allah SWT dan membuktikan bahwa Muhammad adalah utusan/contoh/ suritauladan/model kehidupan yang diberitakan Allah dalam AL-QURAN yakni Islam sebagai satu-satunya penataan hidup yang luar biasa indah.

Jika sudah demikian, maka yang akan terjadi adalah kita menjadi MUSLIM (orang yang pasrah/rela dengan seluruh aturan yang dibuat oleh Allah dan rosulNya) sehingga hidup dan mati kita hanya untuk satu tujuan yakni membuktikan bahwa hanya ada satu tuhan yang mengatur dan membina kehidupan ini yaitu Allah SWT, dan blueprint dari keinginan Allah adalah sunnah rosulullah SAW.

Pertanyaan selanjutnya. Apakah bisa seseorang yang tidak pernah mengetahui sebuah kasus, menjadi saksi di pengadilan? YA, tidak mungkin. Apa yang akan dipersaksikannya, jika dia sendiri tidak mengetahui kasusn yang terjadi. Yang ada ketika hakim meminta keterangannya, hanya ada satu kata yang akan keluar dari mulutnya. “TIDAK TAHU”.

Sekarang mari kita pikirkan, bisakah kita bersaksi bahwa tidak ada Ilah/Tuhan/Pembina kehidupan selain Allah, dan Muhammad sebagai blueprint ajaranNya tanpa kita mengetahui indahnya ISLAM.

Perlu diingat, bahwa seluruh sahabat yang membai’atkan dirinya menjadi MUSLIM adalah orang-orang yang telah mendapat pencerahan dari rosulullah dan mengetahui/membayangkan kehidupan ISLAM yang indah, walaupun waktu itu keindahannya belum dapat dibuktikan secara nasional. Baru melalui keindahan personal yang tertuju kepada kepercayaan penuh kepada nabi Muhammad yang mulia. Mudah-mudahan kita mendapat kemuliaan untuk mendampinginya di akhirat kelak Amin.

Kan sekarang rosulnya sudah tidak ada, apakah bisa kita mengetahui indahnya penataan islam?

Benar. Secara jasmani Muhammad SAW sudah tiada, tetapi apakah ilmu beliau juga mati? TIDAK. Rosulullah berwasiat sebelum beliau wafat: “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh pada keduanya, maka kalian akan hidup selamat di dunia dan akhirat. Dua perkara tersebut adalah Al-quran dan Sunnah-ku”.

Selain itu, sebuah hadits juga mengatakan bahwa rasulullah Muhammad adalah Al-quran berjalan. Dari kedua hadits tersebut, jelaslah apa yang harus kita lakukan. Dia adalah mempelajari Al-quran dan Sunnah rosulullah Muhammad SAW. Jadi intinya adalah tuntutlah ilmu untuk melihat indahnya islam sebagai sebuah agama/penataan hidup yang luar biasa indah. Setelah kita tahu keindahannya, maka yakinlah! Kita akan mengucapkan SYAHADATAIN yang sebenar-benarnya.

Ingat Al-quran masih ada dan dijamin oleh Allah, ilmu masih ada walaupun perlu perjuanngan keras untuk mendapatkan yang aslinya. Mendapatkan ilmu yang sebenarnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Allah dan pernah dibuktikan oleh Muhammad SAW sebagai rosul-Nya saat ini ibarat kita mencari secuil emas 24 karat yang tersimpan di tempat penambangan emas. Kita harus mengeluarkan peluh yang luar biasa banyak, sabar dan tidak putus asa, berkotor-kotor, menghabiskan waktu yang lama. Coba kita perhatikan seorang penambang emas di gunung PONGKOR (maaf, karena penulis dekat dengan tempat tersebut). Untuk mencari satu gram emas berkualitas baik, seorang penambang harus mengumpulkan beberapa karung bongkahan batu yang didapatkan dengan cara menggali batuan yang sangat keras. Setelah kumpulan batu tersebut dikarungi, beliau harus memikulnya beberapa kilometer dari gunung ke tempat pendulangan. Belum selesai, setelah sampai ke tempat pendulangan, dia masih harus menumbuk halus batuan-batuan tersebut sehingga menjadi bubuk halus. Dapatkah emasnya? Belum. Bubuk halus itu kemudian dicampur dengan sejenis bahan kimia, lalu didulang (diayak ayak) sampai beberapa kali. Setelah itu baru didapatkan secuil emas murni yang bernilai.

Sudahkah kita mencari ilmu seperti itu. Kadang-kadang kita ini sudah merasa menemukan emas, padahal baru mendapat bongkahan bongkahan batu yang mengandung sedikit sekali emas. Bandingkan harga sekarung bongkahan batu tersebut dengan emas yang sudah jadi. Samakah?

Mudah-mudahan ilmu yang seperti emas 24 karat inilah yang akan membuat syahadat kita menjadi seperti syahadatnya Bilal bin Rabah yang luar biasa tangguh tersebut. Bersambung….


[1] Saksi adalah orang yang membuktikan suatu perkara di pengadilan. Dan biasanya orang yang menjadi saksi adalah orang yang tahu persis tentang perkara tersebut.

[2] Lihat QS. Ayat.. (Sungguh pada rosulullah itu ada contoh dan suri tauladan yang baik)

April 3, 2011 - Posted by | Referensi Guru

2 Komentar »

  1. Ngiring comment kang.. bade nambihan..
    Makna laailahailllallah ada 3: 1). La ma’buda illallah (tidak ada yang berhak diembah kecuali Allah); 2) La maujuda illallah (tidak ada yang maujud kecualai Alla) dan 3) la musyarri’ illallah (tidak ada yang berhak membuat hukum kecuali Allah). Jika kita masih mnuhankan uang, jabatan, harta dll serta membuat hukum sendiri atau mewakilkan kepada suatu lembga pembuat hukum untuk mengatur kehidupan ini berarti kita masih berbuat syirik kepada Allah. Na’uzubillah min zalik. Kesyirikan yang nampak dan yang dianggap bukan syirik (sehingga tidak nampak syirik) hanya dapat sirna oleh kekuasaan Allah dalam wujud penerapan semua aturan Allah secara kaffah ddalam bentuk Daulah Khilafah Islamiyah, sebagaimana rasul pada saat futuh makkah melumatkan kesyirikan hingga keakar0akarnya dalam posisi belaiu sebagai kepala negara Islam.

    Komentar oleh dadang kohar thea | April 9, 2011 | Balas

    • Yap, makasih kang. Tepat sekali…mari kita sadarkan generasi bangsa ini, dari tidur dan mimpi2 yang tidak jelas

      Komentar oleh otoy | April 11, 2011 | Balas


Tinggalkan Balasan ke otoy Batalkan balasan